Bangunan Monumen Nasional (Foto Pribadi: Ilham Syakur Fidina) |
Monumen Nasional atau Monas merupakan tempat bersejarah yang indah dan memiliki banyak arti. Pembangunannya pun tak kalah menarik, mengarungi rentang waktu dua presiden dan satu kudeta.
Menara setinggi 132 meter (433 kaki) yang di puncaknya dihias dengan api perunggu seberat 14,5 ton berlapis emas ini terletak di tengah Medan Merdeka dan dibangun di area seluas 80 hektar. Puncak tugu dihias dengan lidah api yang dilapisi oleh lembaran emas yang menggambarkan sebuah semangat perjuangan Bangsa Indonesia yang menyala-nyala layaknya api.
Tujuan
didirikan Monas untuk mengenang perlawanan dan perjuangan Bangsa Indonesia pada
masa revolusi kemerdekaan 1945, memberikan Bangsa Indonesia inspirasi dan
membangkitkan jiwa semangat patriotisme sebagai generasi penerus bangsa.
Gagasan
untuk mendirikan Monas sudah ada sejak 1954. Beberapa hari setelah peringatan
proklamasi kemerdekaan Indonesia ke-9, dibentuk Panitia Tugu Nasional yang
bertugas untuk mengupayakan berdirinya Tugu Monas.
Panitia
ini diketuai oleh Sarwoko Martokusumo, dengan dibantu oleh S Suhud sebagai
penulis, Sumali Prawirosudirdjo sebagai bendahara, dan empat anggota lainnya,
yaitu Supeno, KK Wiloto, EF Wenas, dan Sudiro. Panitia Tugu Nasional
bertanggung jawab untuk mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan guna membangun
Tugu Monas sekaligus mengumpulkan biaya pembangunannya.
Setelah
itu, Presiden Soekarno membentuk panitia pembangunan Monas bernama Tim Yuri.
Tim ini melakukan dua kali pertemuan, yaitu 17 pada Februari 1955 dan 10 Mei
1960, untuk merancang bentuk bangunan Tugu Monas. Sayangnya, setelah dua kali
pertemuan, belum ada rancangan yang dianggap memenuhi kriteria yang diinginkan
panitia.
Akhirnya,
Soekarno menunjuk beberapa arsitek ternama, yaitu Soedarsono dan Frederich
Silaban untuk menggambar rancangan Tugu Monas. Keduanya memutuskan untuk
menggambar sendiri-sendiri dan kemudian hasil gambar yang dipilih Soekarno
adalah milik Soedarsono.
Bentuk
tugu yang menjulang tinggi dengan pelataran cawan yang luas mendatar merupakan
representasi dari lingga dan yoni. Dalam ajaran Hindu, penyatuan lingga dan
yoni akan menghasilkan kekuatan tertinggi. Selain itu, lingga dan yoni
melambangkan kekhasan Indonesia, di mana lingga menyerupai alu dan yoni
menyerupai wadah yang berupa lumpang. Alu dan lumpang adalah dua alat yang
dianggap penting dan dimiliki oleh setiap keluarga di Indonesia, khususnya
rakyat pedesaan.
Dalam
rancang bangun yang dibuat, Soedarsono mengambil beberapa unsur saat proklamasi
kemerdekaan Indonesia dilaksanakan. Misalnya, di atas tugu terdapat bagian yang
menyerupai api menyala dan seakan tidak kunjung padam. Hal ini melambangkan
keteladanan semangat bangsa Indonesia yang tidak pernah surut berjuang
sepanjang masa.
Setelah
rancangan disetujui, proses pembangunan Tugu Monas dilaksanakan melalui tiga
tahapan. Tahapan pertama tahun 1961-1965, tahap kedua antara 1966-1968 dan
tahap ketiga pada 1969-1976.
Pada tahap pertama, proses pembangunan Monas diawasi langsung oleh Panitia Monumen Nasional dan biaya yang digunakan berasal dari sumbangan masyarakat. Pada tahapan kedua, proses pembangunan masih diawasi oleh panitia Monas, tetapi biaya bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat. Pada tahapan terakhir, pembangunan Monas diawasi oleh Panitia Pembina Tugu Nasional dengan sumber dana berasal dari Pemerintah Pusat atau Direktorat Jenderal Anggaran melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
Monas secara perlahan mulai dibuka untuk umum pada 18 Maret 1972, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin Nomor CB 11/1/57/72. Saat itu, Gubernur Ali Sadikin membuka kawasan untuk rombongan atau organisasi atau siswa ke ruang tenang dan ruang museum.
Pada 1973, Gubernur Ali Sadikin mengizinkan pengunjung naik sampai ke pelataran puncak Monas. Pada 10 Juni 1974, Gubernur meresmikan taman di bagian barat Monas atau dikenal dengan nama Taman Ria. Monas akhirnya dibuka untuk umum setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 12 Juli 1975 ketika pembangunannya berakhir. Total dana yang dikeluarkan untuk membangun Monas sejak 1961 hingga 1965 adalah sebesar Rp 58 miliar rupiah.
Foto Pelengkap: